In the end , your blog'll be your last listener

Sabtu

romansa dari drama

syaraf-syarafku melintir dan terlepas satu demi satu,
dengan dentingan getir dan perih tiap pelintirannya

drama kini tidak pernah hadir lagi, mungkin cerita romanku layu
bukan karena tidak terisi, mungkin cerita masa muda sudah basi, membusuk
layu dan mati
tersisa kisah klise yang nyata


rasa ini sudah tidak membakar rumah-rumah persinggahan
jua tidak membara tiada padam

bukan roman bukan drama
memang hilang getar cinta
namun aku tidak menemukan syarafnya, mungkin mengilang ketika dewasa


roman drama ? atau memang aku yang salah ? 

Rabu

aneh (kan?)

setiap hari kakiku menginjak-injak tanah yang tidak mampu kuukur lagi nilainya
Setiap menit mataku memandang segala sesuatu yang tidak ternilai harganya
Nominal jutaan dari jutaan rupiah

Mengapa satu pun tidak kupunya ?
Namun berhutang dari mereka begitu mudahnya


Sekarang aku kembali bukan apa-apa
Kenapa ?

Aneh ?



Kan ?

Minggu

dini hari ini
persia bertabur dan berlari-lari
mencari sesuatu yang dicuri
kumpulan sepi dalam botol tua di laci
sekarang dibuang dalam diri seorang peri

aku telah mati, bersama dirinya dalam mimpi
bawa aku pergi

5 mei


SELAMAT
karena lebanon kita berbeda, biarlah jejak memuncak lebanon gemilang

ULANG
dalam mimpiku, menggeram. tidak pernah terulang, karena semua cerah
dalam takaran sempurna, tidak bercela dan tak tersisa

TAHUN
ini tahun akal, menggiringmu ke dalam alam
biar kita berbekal , bersiap pergi menjajal


semua orang memiliki arti
termasuk stasiun yang kau singgahi
memberi nilai sangat ternilai
bagi hati yang sudah mati namun hidup kembali

selamat ulang tahun

Senin

 ia berkata

hidup bergulir dengan atau tanpa ijinmu
sumpah serapah tidak tebus harimu
doa tanpa usaha tidak jamin mimpimu

ia berkata

hidup ini bukan segala-galanya
bukan ambisi mencari sukses
bukan keringat kerja keras
bukan kosong tanpa jiwa

tetapi melindungi dan melakukan yang berarti untukmu






ia....sudah tiada, tanpa kata

dan aku tetap belum mengerti, jawaban yang dicari
hal yang berarti

kini kusadari,
yang berarti bukanlah mencari arti
yang berarti bukan kekal abadi
yang berarti, adalah melindungi semua yang paling berarti, mencintai sepenuh hati

yang berarti , adalah melindungi semua yang paling (adalah melindungi semua yang paling berarti), mencintai sepenuh hati

yang berarti , adalah melindungi semua yang paling (adalah melindungi semua yang paling (adalah melindungi semua yang paling berarti)), mencintai sepenuh hati

tiada akhir
karena memang tidak pernah berakhir

salam

Selasa

tiga hari kemudian

aku menunduk
dalam tetesan rintih-rintih yang perlahan menderas
bukan rintih perih, bukan rintih sepi
jiwaku kabur, pergi sebagian berlari-lari

tidak lagi sedih, air mata bukan pilihan malam hari
tidak lagi rasa, semua normal semata
lalu kenapa ?

aku tidak dapat percaya,
seakan tidak pernah tejadi saja


saya rindu ayah


aku menunduk
memungut kepingan-kepingan ingatan
fragmen pudar dalam jiwa bimbangku
hanya tawa yang tersisa, dalam hangat dekapan ayah

kutumpuk tidak merata
acak namun sangat terasa
cinta

Sabtu

ya Tuhan, saya harus bagaimana

tidak tahu harus bicara pada siapa, harus bicara apa

tidak ada yang akan mengerti kalau tidak berada di sini
melihat yang kulihat
memegang yang kupegang
melerai yang kucintai
tidak tahu harus marah pada siapa
menyerah memohon pada siapa

sekarang tidak punya apa - apa
harus bagaimana
aku merasa tolol mengetik ini karena tidak tahu bagaimana
ANJING 

kalah selalu tidak enak, selalu


Minggu

paskah itu memahami ?

"memahami maksud Yesus akan campur tangannya......", - pastor seseorang
memahami ??
memahami !!
MEMAHAMI

APANYA

memahami apalagi

memahami rasanya meninggalkan keluarga menderita ?
memahami rasanya tidak bisa berbuat apa-apa ?
memhamai air mata yang tidak ada henti-hentinya ?
memahami tawa palsu ibunda ?
memahami keringat kakak yang langsung menguap ?
memahami kesia-siaan tawa keluarga ?
memahami semua keseok-seokan ?
memahami wajah sosok teladan , yang sanga dicinta tapi kini senyumpun tidak bisa
tidak mau, oh , tidak mengerti, IA SUDAH LUPA

hanya cita-cita dalah bola mata yang melayang,
ia tidak tau aku, kami, bahkan dirinya sendiri

memahami penderitaannya ?
LEBIH BERAT DARI MEMANGGUL SALIB

bertahun-tahun kau biarkan ia diujung tanduk, apa maumu


hanya tetesan air mata dalam setiap buangan yang ia keluarkan sembari memberi mimik takut, dan berdosa
ia yang selalu menggendongku ke dalam kamar, dalam selimut hangat dan membacakan doa malam ke padamu

kau buat ia hanya bisa ngompol ?
di mana hatimu

ia yang menghidupi dan mendidikku
mendengarkan cerita cinta dan dosaku
kini bahkan ia tidak mengerti


tidak mati, namun kau bunuh harga diri


salahkah kalau ku heran

seluruh bumi berkumpul mengenang, sehari penderitaan hidup matimu

sedang aku tidak boleh meminta , jangan kau seret nyawanya dan kau silet-silet

berdarah-darah, meronta-ronta untuk keluarga
harga diri dulu memang sebuah nama, dan cita-cita sudah hilang saja

demi hidup, tidak demi keluarga

lalu sekarang

apa yang harus kumengerti di hari paskah ?

Kamis

terjebak di dalam

hedonisme mayoritas,
mungkin caraku mendefinisikan hedonisme secara pribadi adalah saat tidak dapat lagi membedakan apa itu kebutuhan dan keinginan, dan tidak ada perasaan berdosa saat mengeluarkannya

zona nyaman,
terlelap dalam rasa kantuk, kalah dengan rasa lelah, pasrah dengan waktu, menelusuri takdir, dan berhenti bersifat proaktif, bukan subjek pelaku, tetapi menjadi subjek penderita

ambisi utopis,
mati dalam angan-angan sesat tapi tidak berani berlari sampai terbang.

pendapat mayoritas,
hal ini mustahil, hal itu ambisius, hal itu berlebihan, hal ini harusnya seperti ini, hal ini harusnya seperti itu
sehingga terciptalah dunia baru dunia mayoritas
saat kau melangkah di luarnya, kau pendatang asing, tidak diterima dalam komunitas

mata yang tertutup,
secara otomatis terjebak dalam mata yang terus tertutup, untuk melihat kenyataan dunia, terlebih untuk menjadi seseuatu yang berguna

kepuasan pribadi,
merasa lebih baik, menjadi puas, berkurang rasa ingin belajar, menjadi lebih malas, terlena dalam kesenangan

standart rendah,
terjebak dalam pandangan bahwa standrat semua aspek hidup sekarang adalah yang tersulit
aku salah patok bung ! dunia terlalu jauh

kebodohan yang terjadwal,
kesalahan yang sama, atau juga yang berbeda namun rutin, tidak ada perkembangan yang konstan
fluktuatif dan tidak jelas

ke-aku-an,
hal ini akan membunuhku, suatu hari nanti, aku yakin

pandangan publik,
harusnya persetan dengan mereka

Hal-hal pembunuh nalar, naluri dan kreatifitas,
jejaringan sosial yang membuat semuanya menjadi semakin tumpul

komunitas-komunitas semu,
mereka yang mengatasnamakan seru-seruan , kepuasan dan atas nama semangat dan tawa jiwa muda
kepuasan masa muda, padahal tidak tahu juga

harusnya sadar kembali
menghidupi diri sendiri saja aku belum bisa
untuk apa tertidur lega ?

usahaku belum seujung kelingking mereka yang akan bangga


refleksi

Minggu

lalu apa bedanya ?

ketika berusaha membuat tersenyum, dengan senyum senyum palsu
tidak pernah seru berhasil tawa canda, muram tanpa arti, senyum detik-detik, kemudian lari

ketika berusaha membuat tersenyum, dengan diri asli, muram durja
tidak pernah seru berhasil tawa canda, muram tanpa arti, senyum detik-detik, tanda kau simpati

ketika berusaha membuat tersenyum, dengan diri asli, bahagia
tidak pernah seru berhasil tawa canda, muram tanpa arti, senyum detik-detik, kemudian menunduk, membalas sesuatu atau apapun itu

jadi apa intinya ?
jadi harus bagaimana ?
lalu buat apa jika kau tidak pernah bahagia ?
kesia-siaanku saja ?

ketika aku diriku berusaha membuat tersenyum diriku jua,
hanya tangis penderita penyakit jiwa, tidak ada tawa dalam nyala bara jiwa

ketika aku diriku berusaha membuat tawa diriku jua,
tidak seorang pun datang membawa canda, benar-benar warna jiwa, sesuatu yang berbeda



ketika aku diriku butuh kau menjadi tawa dalam bola-bola mata ku
kau berlari dalam rutinitas
hal-hal yang selalu menjadi paling penting dan tiada boleh ada duanya
dan prinsip-prinsip buatanmu semata

lalu apa bedanya ?
apa intinya aku?
sia-sia saja ?

Kamis

diri dalam dua puluh delapan

bukan seperti corat coret ide dan gagasan
bukan di dalam presentasi komunikatif dan menawan

kompleks, sebuah kerusakan akibat implikasi kesalahan yang kumulatif
tidak punya jalan untuk maju, namun tidak ada alasan untuk mundur
tidak bernyali untuk lari, tapi tidak berhati untuk terjebak kembali

acuh saja ! bersifat apatis, menggali kubur tanpa nisan sendiri

tapi terkutuk aku dan idealismeku
harus melakukan sesuatu
meskipun tatap rancu dan senyum palsu pada nurani diriku

mereka tidak mengerti
dan kita berbeda

namun rancu, apakah mereka yang tidak mencapaiku, ataukan aku adalah objek itu sendiri yang kaku

aku tidak peduli
jalani diri sendiri

kata-kata hanya lapisan bawang berguguran
bersemi dan panen pada hari penentuan
dan bahwa haruslah menanamkan sifat berpikir jauh ke depan
dengan tindakan nyata sekarang dan sopan menyenangkan

NYATA

Jumat

hari ini malam sabtu

tidur berdiri sambil berlari
bosan, tapi kamu belum kembali
masih dua hari lagi

sehingga guling-guling gigit jari
sebenarnya kuku jari